Jumat, 30 September 2011

MUDIK

Saat menjelang hari raya Idul Fitri di Indonesia, kita sering mendengar kemacetan arus mudik di berita-berita televisi, radio, surat kabar atau internet. Pengertian dari mudik sendiri adalah kegiatan orang (perantau) untuk kembali ke kampung halamannya atau biasanya disebut pulang kampung. Tujuan dari mudik yaitu untuk berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman dan bertemu dengan orang tua untuk bersilaturahmi atau bahkan meminta maaf saat hari lebaran.
      Biasanya jika orang ingin melakukan perjalanan mudik, mereka mengambil waktu libur kerjaan (cuti) atau sekitar seminggu sebelum dan sesudah waktu lebaran makanya ada istilah H-7 sampai H+7 Lebaran. H-7 itu menjelaskan arus mudik, sedangkan H+7 itu menjelaskan arus balik. Biasanya puncak arus mudik itu sekitar H-3 menjelang lebaran dan arus mudik itu sekitar H+3 sesudah lebaran tergantung masa cuti libur orang-orang yang bekerja.
      Kegiatan mudik ini setiap tahunnya bisa memakan nyawa korban hingga ratusan orang, sedangkan korban luka ringan dan luka berat bisa mencapai angka ribuan. Ini terjadi karena meningkatnya jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor. Sungguh miris mengetahui tiap tahunnya korban berjatuhan makin bertambah bukannya berkurang. Seharusnya petugas keamanan di posko-posko pelayanan mudik itu bekerja dengan benar dan tidak lalai saat mengamankan dan menertibkan lalu lintas agar peristiwa semacam ini bisa dicegah atau tidak meningkat karena laporan dari masyarakat, petugas yang bekerja itu malah berdiam diri di posko bukannya malah bekerja dengan benar meningkatkan keamanan dan lalu lintas.
      Pada saat ini, mudik sendiri bukan hanya milik umat Islam yang ingin merayakan Hari raya Idul Fitri. Mudik sekarang juga milik seluruh masyarakat Indonesia walaupun mereka tidak beragama Islam karena tujuan dari mudik salah satunya adalah untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara, orang tua, dan lainnya karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Sungguh terasa aneh jika seorang manusia yang punya saudara tetapi tidak menjalin silaturahmi atau silaturahmi diantara mereka terputus.
      Kebetulan lebaran tahun ini saya ikut melakukan mudik. Seperti biasa dari tahun ke tahun pasti yang namanya mudik itu akan merasakan macet, kecuali yang mudik menggunakan pesawat terbang atau kereta api. Tapi saya merasa itulah yang asik dari mudik karena bisa merasakan macet, kesel, emosi, laper (karena sedang puasa), penasaran dan lain-lain. Setelah sampai ke tempat tujuan baru saya merasakan lega, senang, bahagia dan lain-lain karena bisa bertemeu dengan saudara yang jarang saya temui. Bercanda bareng saudara kecil, om, tante, dan kakek. Selain itu juga saya merasakan makanan khas daerah saya seperti brambang asem dan wisata kuliner seperti jajan kupat tahu, sate ponorogo dan lainnya.
      Mungkin hanya itu yang saya bisa jelaskan tentang mudik, kalau ada salah-salah kata atau dianggap menjiplak karya orang lain. Saya hanya membuat tulisan dengan apa yang saya alami dan membaca berita-berita sekilas mudik. Sekian dan terima kasih.